Jumat, 20 Juni 2008

ASAL USIL

ARYA BAGI JERMAN
NAZISME lahir di tengah konflik politik yang dialami Jerman setelah
Perang Dunia Pertama. Pemimpin Partai Nazi adalah Adolf Hitler, sosok
yang sangat ambisius dan agresif. Hitler memiliki pandangan sangat
rasis. Ia sangat meyakini keunggulan bangsa Jerman atau "Arya" di atas
ras-ras lain. Ia memimpikan ras "Arya" Jerman akan segera mendirikan
imperium yang bertahan selama seribu tahun.

Teori evolusi Darwin muncul untuk memberikan landasan ilmiah bagi
teori rasis Hitler. Hitler juga mendapatkan dukungan ideologis dari
karya Heinrich von Treitschke, sejarahwan rasis Jerman. Treitschke
sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin dan mendasarkan pandangan
rasisnya pada Darwinisme. Ia berkata: "Bangsa-bangsa hanya dapat
berevolusi melalui perjuangan sengit, seperti pandangan Darwin tentang
'Perjuangan Untuk Mempertahankan Hidup'". Hitler juga memperoleh
inspirasi dari teori Darwin tentang "Perjuangan untuk Bertahan Hidup".
Judul buku terkenalnya "Mein Kampf", yang berarti "Perjuangan Saya",
hanyalah pencerminan konsep Darwin ini.

Hitler, sebagaimana Darwin, menganggap ras-ras selain Eropa sedikit
lebih dari kera dan menambahkan: "Hapuskan bangsa Jerman Nordik dan
tak ada yang tersisa kecuali tarian kera". Dasar berpijak pandangan
evolusionis kaum Nazi ada pada konsep "Eugenics". Eugenics berarti
"perbaikan" ras manusia dengan membuang orang-orang berpenyakit dan
cacat, serta memperbanyak jumlah individu sehat. Menurut teori
Eugenics, ras manusia dapat diperbaiki dengan cara yang sama
sebagaimana hewan berkualitas baik dapat dihasilkan melalui perkawinan
hewan-hewan yang sehat.

Sebagaimana dapat diduga, pendukung eugenics adalah para Darwinis.
Pemimpin gerakan eugenics di Inggris adalah sepupu Charles Darwin,
yakni Francis Galton, dan anaknya, Leonard Darwin.

Jelas bahwa teori eugenics adalah akibat alamiah dari Darwinisme.
Fakta ini juga tampak sangat jelas di berbagai publikasi yang
menyebarluaskan sains aneh ini, diantara kutipan berbunyi: "Eugenics
adalah pengaturan mandiri evolusi manusia".

Yang pertama mendukung dan menganjurkan eugenics di Jerman adalah
Ernst Haeckel, ilmuwan biologi evolusionis terkenal. Ia mencetuskan
teori "rekapitulasi", yang menyatakan bahwa embryo spesies berbeda,
menyerupai satu sama lain. Di kemudian hari diketahui bahwa Haeckel
telah memalsukan gambar-gambar yang ia gunakan untuk menyebarkan
teorinya. Haeckel memalsukan gambar-gambar untuk menunjukkan bahwa
embryo ikan, manusia atau ayam mirip satu sama lain. Beberapa bagian
dari embryo ia hilangkan dan beberapa lainnya ia rubah. Bahkan Haeckel
sendiri kemudian mengaku bahwa gambar-gambar yang dibuatnya adalah
palsu. Tapi, kalangan evolusionis mengabaikan pemalsuan ini demi
mempertahankan teori tersebut.

Selain membuat pemalsuan ilmiah, Haeckel juga menyebarkan propaganda
Eugenics. Ia manganjurkan agar bayi-bayi cacat baru lahir segera
dibunuh untuk mempercepat proses evolusi pada masyarakat manusia. Ia
melangkah lebih jauh dan mengusulkan agar orang-orang cacat, lemah
mental dan berpenyakit genetis hendaknya langsung dibunuh saja. Jika
tidak, kata Haeckel, mereka ini akan membebani masyarakat dan
memperlambat evolusi.

Haeckel meninggal tahun 1919, namun kaum Nazi mewarisi gagasan
biadabnya. Tak lama setelah Hitler meraih kekuasaan, ia menerapkan
kebijakan Eugenics. Mereka yang lemah mental, cacat, dan berpenyakit
keturunan dikumpulkan dalam "pusat-pusat sterilisasi" khusus. Orang-
orang ini dianggap parasit yang megancam kemurnian ras Jerman dan
menghambat kemajuan evolusi. Dalam waktu singkat, orang-orang ini
kemudian dibunuh atas perintah rahasia Hitler.

Dalam upayanya mempercepat evolusi ras Jerman, Hitler telah membunuh
banyak orang. Selain itu, ia melaksanakan hal lain yang "diperlukan"
dalam Eugenics. Muda mudi berambut pirang dan bermata biru, yang
dianggap mewakili ras murni Jerman, dianjurkan untuk saling
berhubungan seks. Pada tahun 1935, ladang-ladang khusus reproduksi
manusia didirikan. Perwira SS Nazi sering mengunjungi ladang ini, yang
didalamnya tinggal wanita muda yang memiliki kriteria ras "Arya".
Bayi-bayi haram yang lahir di ladang-ladang ini akan menjadi prajurit
masa depan Imperium Jerman.

Dalam rangka memperbaiki keunggulan ras Arya, kaum Nazi menggunakan
konsep Darwin. Darwin menyatakan bahwa ukuran tengkorak manusia
membesar tatkala ia menaiki tangga evolusi. Kaum Nazi sangat
mempercayai gagasan ini dan mengadakan pengukuran tengkorak untuk
menunjukkan bahwa Jerman adalah ras unggul. Di seluruh Jerman Nazi,
pengukuran dilakukan demi membuktikan bahwa tengkorak Jerman lebih
besar dibanding ras-ras lain. Ciri fisik seperti gigi, mata dan rambut
diperiksa berdasarkan kriteria evolusionis. Mereka yang kedapatan
berukuran di luar kriteria resmi ras Jerman dibinasakan menurut
kebijakan Eugenics Nazi.

Semua kebijakan aneh ini diterapkan atas nama Darwinisme. Michael
Grodin, sejarahwan Amerika dan penulis buku, The Nazi Doctors and the
Nurenberg Code menyatakan fakta ini. Saya pikir apa yang telah terjadi
adalah adanya kesesuaian sempurna antara ideologi Nazi dan Darwinisme
Sosial dan pemurnian ras ketika terjadi perkembangan di peralihan abad
ke-20. Dan para dokter beranggapan bahwa terdapat penyimpangan sosial
dan penyimpangan perilaku yang berhubungan secara genetis. Dan
terdapat gen baik dan gen buruk. Dan Darwinisme social ini berkembang
di seluruh dunia. Para dokter Nazi berkiblat ke Amerika Serikat tempat
dimana mereka belajar seluk beluk pemurnian ras ini.

George Stein, peneliti asal Amerika, menjelaskan hal ini dalam majalah
American Scientist, "Sosialisme nasional, atau apapun namanya, pada
intinya adalah usaha pertama kali yang secara sadar dilakukan untuk
membangun komunitas politis di atas sebuah landasan satu kebijakan
yang jelas", kebijakan yang sejalan penuh dengan fakta ilmiah revolusi
Darwin.

Sir Arthur Keith, seorang evolusionis terkenal berkata tentang Hitler:
"Pemimpin Jerman, Hitler, adalah seorang evolusionis; ia dengan
sengaja menjadikan Jerman sejalan dengan teori evolusi". Alasan
penting lain mengapa Hitler meyakini evolusi adalah bahwa ia
menganggap teori ini sebagai senjata melawan agama. Hitler sangat anti
terhadap keyakinan monoteistik. Ajaran agama seperti cinta, kasih
sayang dan kelembutan sangatlah bertentangan dengan model ras Arya
yang bengis dan kejam. Itulah mengapa, sejak Nazi merebut kekuasaan
tahun 1933, mereka bertujuan mengembalikan agama paganisme kuno pada
masyarakat Jerman. Swastika, simbul yang berasal dari kebudayaan pagan
kuno, menjadi simbul bagi perubahan ini.

Perayaan-perayaan Nazi di setiap penjuru Jerman ternyata merupakan
penghidupan kembali ritual-ritual pagan kuno.

Seperti disebutkan sebelumnya, teori evolusi sendiri adalah warisan
dari kebudayaan pagan. Di sini kita saksikan kaitan tak terpisahkan
antara Paganisme, Darwinisme dan Nazisme. Semua pembunuhan yang
dilakukan Nazi berawal dari kepercayaan pagan ini. Kaum Nazi
menghidupkan kembali kebudayaan biadab pagan dan mendapat dukungan
kuat dari teori atheis Darwin untuk membenarkannya.

Sebaliknya, kekejaman, pembunuhan dan kerusakan di bumi sangat
dilarang dan dikutuk oleh agama. Dalam Alqur'an, Allah menyeru manusia
kepada keadilan, kasing sayang dan kelembutan. Kekejaman dan
kesombongan adalah perbuatan terkutuk. Sebagaimana Allah firmankan
ayat-Nya; "...dan Allah tidak menyukai kebinasaan". (QS. Al-Baqarah
[2]:205).

Benito Musolini, diktator Italia dan termasuk sekutu terpenting
Hitler, juga terinspirasi oleh teori evolusi. Di masa mudanya, ia
menulis artikel yang menyanjung Darwin sebagai ilmuwan terbesar yang
pernah ada. Setelah meraih kekuasaan, Italia fasis menduduki Ethiopia.
Ia membenarkan pendudukannya atas Ethiopia dengan pandangan rasis
Darwin dan gagasan tentang perjuangan untuk bertahan hidup. Menurut
Mussolini, Ethiopia adalah bangsa kelas rendah sebab mereka termasuk
ras hitam; karenanya, diperintah oleh ras unggul seperti Italia sudah
merupakan akibat alamiah dari evolusi. Mussolini juga terpengaruh oleh
pemikiran bahwa bangsa-bangsa berevolusi melalui peperangan. Menurut
Mussolini, "keengganan Inggris untuk turut dalam kancah peperangan
hanya membuktikan kemunduran evolusi Imperium Inggris".

Akhirnya, imperium Nazi kalah dalam Perang Dunia Kedua dan tercatat
dalam sejarah sebagai pembunuh jutaan rakyat tak berdosa. Di sisi
lain, Mussolini dihukum mati oleh rakyatnya sendiri. Tetapi sungguh
memprihatinkan bahwa pemikiran Darwinis, yang menyediakan landasan
berpijak bagi ideologi Nazi, masih tetap bercokol.


1 komentar:

Atenks mengatakan...

Lumayan juga ulasannya soal Nazi dan Arya, tp yg ingin saya tanyakan apa betul ras Jerman itu benar2 'Ras Arya'?? adakah sejarah yang menyatakan klo Ras Arya yang berada di Iran (sebagian)melakukan migrasi ke Eropa? saya ingin mendapatkan informasi soal itu. Thanks

atenk_subagyo@yahoo.com